Indonesia memiliki potensi laut tropis yang luar biasa. Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, dengan total produksi mencapai 9,6 juta ton pada tahun 2022, dan produsen rumput laut tropis terbesar. Negara ini memiliki sekitar 500 spesies rumput laut, masing-masing dengan berbagai aplikasi. Varietas seperti cottonii, spinosum, gracilaria, caulerpa, dan sargassum adalah beberapa yang saat ini dibudidayakan.
Kualitas rumput laut di Indonesia dikenal unggul karena mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun. Potensi yang demikian besar menyebabkan munculnya istilah “Emas Hijau”. Pada saat ini, pemerintah Indonesia sedang gencar mempromosikan pengembangan hilirisasi industri rumput laut. Penelitian menunjukkan bahwa ada potensi besar untuk produk turunan seperti biostimulan, pupuk organik, makanan, bioplastik, dan dalam jangka panjang biofuel.
Untuk mengembangkan industri rumput laut, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, BRIN, Kementerian PPN/Bappenas, serta kementerian/lembaga terkait dan mitra pembangunan nasional serta global. Seminar bertema “Accelerating the Upstream-Downstream Integration of the Seaweed Industry and the Launching of the International Tropical Seaweed Research Center (ITSRC)”, yang dilaksanakan secara hybrid pada Rabu (22/5/2024) di Bali.
Menko Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan dalam sambutannya bahwa “Rumput laut merupakan sumber daya terbarukan yang sangat potensial bagi masyarakat, kesejahteraan, dan planet kita. Namun, untuk mengoptimalkan potensi rumput laut tropis, kita memerlukan pendekatan dan strategi baru yang harus dijalankan bersama-sama.”
Peluncuran International Center for Tropical Seaweeds (ICTS) dilanjutkan dengan seminar yang mengusung tiga tema utama: Pendekatan Inovatif untuk Mengatasi Perubahan Iklim dan Peluang Komersial dalam Keanekaragaman Hayati Rumput Laut di Indonesia, Wawasan Industri, Tren Pasar, dan Peluang Pendanaan Masa Depan untuk Industri Rumput Laut di Indonesia, serta Tren Riset dan Teknologi yang Muncul yang Mendorong Inovasi dalam Industri Rumput Laut.
Pada kesempatan ini, Dekan FPIK UB, Prof. Maftuch, menjadi moderator pada diskusi panel tema ketiga, dengan judul “Tren Penelitian dan Teknologi yang Muncul yang Mendorong Inovasi dalam Industri Rumput Laut”. Panel ini menghadirkan Atsushi SATO, Ph.D. (Mitsubishi UFJ Research and Consulting), Dr. Hansan Park (Korea – Indonesia MTCRC), Prof. R. Vinu (Indian Institute of Technology Madras, Rahadiyan Dewangga (Ijo Inovasi Indonesia dan Dr. Eka Prasedya (Universitas Mataram). Sesi ini membahas beberapa produk turunan rumput laut yaitu biocrude, bioplastik, termasuk potensi rumput laut sebagai karbon biru. Pendekatan inovatif yang dibahas pada penelitian diharapkan dapat menghadapi tantangan perubahan iklim, peluang komersial, tren pasar, wawasan industri, peluang pembiayaan, dan tren baru dalam inovasi berbasis teknologi. [DKS]